Tren Positif Kinerja Ekspor dalam APBN KiTa Agustus 2022

2022-08-22 20:26:20

Placeholder image

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat pemerintah untuk memastikan inflasi tetap dalam kendali.


INFO NASIONAL -- Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat pemerintah untuk memastikan inflasi tetap dalam kendali. APBN juga merupakan instrumen penting dalam menjaga perekonomian dan rakyat Indonesia dari berbagai guncangan. 

APBN berfungsi sebagai shock absorber. Artinya APBN berfungsi untuk menyerap atau meredam berbagai guncangan di lingkungan global yang berpotensi memberikan tekanan bagi perekonomian Indonesia.

Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan kinerja APBN terus menunjukan tren positif dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional. "Laporan realisasi APBN KiTa Agustus 2022 mencatat adanya surplus hingga Rp 106,12 triliun pada neraca perdagangan hingga Juli 2022," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa Agustus 2022, pada Kamis, 11 Agustus 2022.

Berdasarkan rilis APBN KiTa, tercatat bahwa realisasi pendapatan negara dan hibah hingga akhir Juli 2022 mencapai Rp 1.550 triliun yaitu sebesar 68,44 persen dari target APBN 2022 atau tumbuh 50,3 persen lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Realisasi penerimaan ini bersumber dari penerimaan pajak senilai Rp 1.028,46 triliun atau sebesar 69,26 persen dari pagu APBN 2022 dan penerimaan kepabeanan dan cukai senilai Rp 185,07 triliun atau sebesar 61,89 persen dari pagu APBN 2022.

Ditengah dinamika perekenomian global, kinerja pemulihan terus berlanjut dan semakin menguat di triwulan III 2022. Konsumsi masyarakat meningkat pesat pada bulan Ramadan dan idulfitri, sedangkan konsumsi pemerintah mengalami kontraksi seiring dengan menurunnya belanja penanganan pandemi. 

Investasi tumbuh positif, tetapi melambat karena tingginya harga barang input. Sementara itu, ekspor terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi sejalan dengan permintaan komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional.

Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia Q2 2022 menguat di tengah krisis dan ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi Q2 2022 tumbuh sebesar 5,44 persen year on year (yoy) dengan pertumbuhan tertinggi berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 2,92 persen serta ekspor barang dan jasa sebesar 2,14 persen. 

Realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga 15 Agustus 2022 terus menunjukkan tren positif dengan adanya pertumbuhan sebesar 30,62 persen yoy atau mencapai 64,79 persen dari target APBN. Bea masuk tumbuh sebesar 33,23 persen yoy, cukai tumbuh sebesar 20,13 persen yoy serta bea keluar tumbuh sebesar 94,94 persen. 

Ini menjadi bukti bahwa perekonomian Indonesia masih resilien ditengah adanya risiko tekanan ekonomi global mulai dari lonjakan inflasi global hingga potensi stagflasi. Sri Mulyani menyimpulkan, pemulihan ekonomi nasional menguat signifikan karena didorong oleh konsumsi masyarakat, investasi, dan kinerja ekspor. 

Meski demikian, inflasi dalam tren yang masih menguat. Karena itu dinamika global perlu terus diwaspadai. 

Adapun, surplus APBN bulan Juli didorong oleh kinerja penerimaan yang signifikan dan belanja yang tumbuh positif. Surplus yang berlanjut ini memberikan indikasi adanya dukungan untuk terus menjaga kinerja ekonomi dengan melindungi masyarakat dari guncangan harga dan pelemahan ekonomi global.

“APBN KiTa bulan Juni yang surplus menjadi salah satu penopang bagi pemulihan ekonomi dan menjaga kinerja ekonomi,” ujar Sri Mulyani. 

Sri Mulyani menegaskan, APBN akan terus dipertahankan sebagai shock absorber dan pendukung konsolidasi fiskal 2023. Sebab, APBN menjadi fondasi penting dalam menghadapi dinamika global dan menyehatkan fiskal ke depan.

Tercapainya realisasi APBN yang baik hingga Agustus 2022 tentu tak terlepas dari peran serta dan dukungan masyarakat melalui belanja konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif. Karena itu, selaras dengan semangat perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77, pemerintah mengajak masyarakat untuk bersatu dan bersinergi dalam melakukan percepatan pemulihan kondisi ekonomi di berbagai sektor untuk lebih kuat bangkit dalam menghadapi tantangan global. (*)